fokusbengkulu,lebong – Banjir bandang akibat luapan Sungai Ketahun yang terjadi pada Selasa (16/4/2024) lalu, diketahui telah memporak-porandakan ratusan hektar areal persawahan yang berada di beberapa kecamatan di Kabupaten Lebong. Seperti Kecamatan Topos, Rimbo Pengadang, Lebong Selatan, Bingin Kuning, Lebong Sakti dan beberapa titik hamparan lainnya. Akibatnya, petani kesulitan untuk kembali menggarap lahan karena banyaknya material banjir yang menutupi sawah dan irigasi. Seperti pasir, batu, dan kayu.
Melihat kondisi tersebut, Bupati Lebong Kopli Ansori SSos memberikan arahan kepada OPD teknis yakni Dinas Pertanian dan Perikanan (Disperkan) agar segera melakukan normalisasi atau membersihkan sisa-sisa material banjir di lahan sawah. Disperkan pun bergerak cepat. Normalisasi digeber secara gotong royong bersama warga, baik itu pemilik maupun penggarap lahan. Tujuannya, agar sawah bisa kembali seperti semula dan dapat digarap oleh petani pada Musim Tanam Kedua (MT-II) yang sebentar lagi akan bergulir.
“Tahap I, normalisasi atau pembersihan material banjir ini kita laksanakan di tiga desa. Yakni Desa Sukasari, Kutai Donok dan Talang Ratu. Kita mulai sejak dua hari yang lalu. Nanti, kita upayakan berlanjut ke Tahap II di wilayah lain dengan berdasakan data yang disampaikan oleh pihak desa,” ungkap Kepala Disperkan Kabupaten Lebong Hedi Parindo SE melalui Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura Jimmy Tri Susilo, Jum’at (17/5/2024).
Jimmy menjelaskan, kegiatan normalisasi yang dimotori oleh Disperkan ini tidak hanya bersama petani warga setempat, tetapi juga menggandeng pihak TNI-Polri, dan Pemerintah Desa serta unsur-unsur lainnya.
“Jadi, kita bergotong royong. Bukan memberikan bantuan ke pemilik lahan satu per satu. Kan, banyak irigasi yang tertimbun material pasir, batu dan kayu. Termasuk juga di sawah. Nah, inilah yang bersama-sama kita bersihkan agar bisa kembali digarap untuk mempersiapkan MT-II tahun ini,” ujar Jimmy.
Baca juga : Banjir di Lebong : Ratusan Rumah Terendam, Sawah Hancur, Mobil hingga Ternak Tersapu
Menurutnya, normalisasi yang dilakukan tersebut dilakukan secara manual. Oleh sebab itu, sawah yang menjadi sasaran adalah sawah yang masuk kategori rusak sedang hingga ringan.
“Kalau yang rusak berat, tentu butuh peralatan. Bisa jadi harus ada alat berat. Nah, ini belum bisa kita realisasikan. Karena keterbatasan kita,” imbuh dia. Meski dilakukan secara manual, Jimmy mengakui bahwa gerakan tersebut mendapat respons yang sangat baik dari warga.
Baca juga : Lebong Catat Sejarah, Sabet WTP 8 Kali Berturut-turut
“Alhamdulillah, masyarakat sangat antusias. Bukan hanya penggarap atau pemilik sawah yang ikut. Masyarakat yang mengetahui gerakan ini juga ada yang ikut bergotong royong,” tandasnya.
Sementara itu, salah seorang petani di Desa Sukasari mengaku sangat berterima kasih kepada Pemkab Lebong yang merealisasikan normalisasi sawah. Menurutnya, gerakan seperti ini baru pertama kali dilakukan oleh pemerintah daerah di era kepemimpinan Bupati Kopli Ansori SSos.
“Dengan adanya normalisasi. Kami benar-benar merasa kehadiran pemerintah ketika terjadi bencana alam. Kalau tidak secara bergotong royong, kami tidak mampu membersihkan sawah dan irigasi dari material banjir. Sawah jadi tidak bisa digarap. Dengan begini, sangat meringankan beban kami. Terima kasih Pak Bupati dan Dinas Pertanian,” ungkapnya sembari meminta namanya tidak ditulis.(wez)